Contoh Kasus Asuransi Jiwa dan Analisanya

Contoh Kasus Asuransi – Mengetahui tentang contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya menjadi hal yang penting supaya dijadikan pengajaran dan pertimbangan. Dengan paham berbagai contohnya, tentunya Anda bisa lebih berhati-hati, teliti dan membaca polis lebih detail lagi.

Alasannya, dari pihak agen asuransi seringkali tidak memberikan informasi secara detail mengenai produk yang dibeli. Akhirnya, pada saat mengajukan klaim mengalami kesulitan karena ternyata yang disampaikan di awal tidak sama dengan kenyataannya.

Di Indonesia sendiri ada beragam kasus asuransi jiwa yang menjadi perhatian publik. Jika Anda memang peserta jenis asuransi ini, penting sekali untuk memahami berbagai contoh kasus tersebut supaya dijadikan pelajaran.

Apa Penyebab Asuransi Gagal Bayar?

Banyak kasus contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya. Sebenarnya, perusahaan berdiri kokoh namun ternyata roboh karena tidak bisa menjaga kualitas keuangan dan likuiditasnya. Akhirnya, mereka gagal bayar klaim nasabah. Ada beberapa penyebabnya seperti berikut:

Imbal Hasil Terlalu Tinggi

Salah satu hal yang harus dipertimbangkan saat memilih produk asuransi adalah imbal hasil, terlebih lagi jika memilih jenis unit link. Banyak yang tergiur mengenai hal ini, apalagi kalau imbal hasil yang dijanjikan cukup besar.

Anda harus berhati-hati karena tidak selalu berhasil yang dijanjikan tersebut memang nyatanya ada, semua tergantung dari kinerja keuangan.

Fraud Laporan Keuangan

Fraud pada laporan keuangan dan tingkat bunga tinggi bisa membuat keuangan perusahaan makin berat. Dengan kata lain, perusahaan harus membayar kembali dana dan bunga saat jatuh tempo dengan jumlah tidak sedikit.

Di satu sisi, keuntungan atas pemanfaatan dana yang terkumpul tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan pada laporan keuangan resmi. Akhirnya, terjadi adalah kerugian perusahaan.

Salah Menempatkan Dana Investasi

Uang yang dimiliki perusahaan asuransi dari penjualan berbagai produknya, tentu harus dikelola dengan baik supaya menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan meningkatkan kekuatan finansial. Namun, ada yang kurang menerapkan manajemen risiko dengan baik.

Sehingga, resiko gagal bayar serta kerugian membayangi perusahaan asuransi tersebut. Oleh karenanya sebagai nasabah, Anda juga harus mengetahui Di mana lokasi penempatan investasi atas produk asuransi yang dibeli.

Beberapa Contoh Kasus Asuransi Jiwa dan Analisanya

Banyak perusahaan Asuransi jiwa menjadi contoh gagal bayar yang bisa dipelajari. Biasanya, setiap perusahaan harus membayarkan sejumlah uang pertanggungan untuk ahli waris saat meninggal dunia.

Namun, ada sejumlah contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya yang gagal bayar saat mengajukan klaim nasabah. Hal tersebut bisa menjadi pelajaran agar memilih perusahaan yang punya track record bagus, risk based capital (RBC) yang tinggi, serta struktur kepengurusan terpercaya.

Berikut contoh beberapa kasus asuransi jiwa yang gagal bayar.

Asuransi Jiwa Bumiputera 1912

Contoh kasus asuransi Di tahun 2019 lalu, salah satu perusahaan asuransi jiwa yang berusia lebih dari 100 tahun yaitu Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 cukup menyita perhatian publik. Alasannya, asuransi tersebut mengalami kesulitan likuiditas.

Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pembayaran klaim nasabah. Akhirnya, ada yang uang pertanggungannya harus tertunda maupun gagal bayar sama sekali. Bahkan setelah 3 tahun, kasus gagal bayar tersebut belum dapat diselesaikan oleh perusahaan.

Rasio kecukupan prestasinya juga menurun hanya menjadi 12,11% serta rasio likuiditas sebesar 16,4%. Kedua angka tersebut tentu saja jauh dari batas yang ditetapkan OJK yang setidaknya harus 100%.

Asuransi Jiwasraya Gagal Bayar

Contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya yang cukup ramai dan menyita perhatian adalah dari asuransi Jiwasraya yang merupakan milik BUMN. Bahkan, sejak akhir tahun 2019, para pemilik polisnya terutama jenis JS Saving Plan tidak bisa memperoleh pembayaran klaim hingga sekarang.

Alasannya, aset perusahaan terus menyusut menjadi hanya 2 triliun saja dari yang sebelumnya 25 triliun. Pemerintah juga sudah memastikan bahwa perusahaan tidak akan memperoleh bantuan di tahun tersebut dan di tahun depan, karena prioritas lain.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata isi portofolio datang dari saham yang jenisnya tidak liquid sebesar 50% dari total aset yang dimiliki. Hal tersebut membuat dana nasabah terjebak di banyak instrumen yang nilainya hanya di bawah Rp50 per lembar saham.

Semestinya, alokasi saham maksimum hanya 20% dan ditempatkan di saham blue chip saja. Oleh karena itulah, pihak Jiwasraya sudah menyatakan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran klaim dari nasabah. Tentu saja Ini sangat mengecewakan.

Contoh Kasus Asuransi Prudential

Setelah mengetahui contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya, selanjutnya datang dari asuransi Prudential. Kasus ini cukup serius karena melibatkan hukum serta pidana. Bahkan, datang dari perusahaan swasta yang punya nama besar di Indonesia.

Seperti yang telah diketahui, salah satu hal yang harus diperhatikan dalam memilih produk asuransi adalah memilih agennya. Anda harus memastikan memilih tenaga pemasar yang jujur, informatif, dan menjelaskan produk yang dibeli secara detail.

Alasannya, dari merekalah para nasabah bisa mendapatkan informasi paling cepat tentang sebuah produk asuransi jiwa yang dibelinya serta bagaimana untuk mengurusnya jika ingin klaim. Anda harus lebih berhati-hati karena berikut ini adalah contoh kasus asuransi Prudential yang menyentuh ranah hukum pidana.

Oknum agen pemasar asuransi tersebut dituntut secara hukum oleh nasabahnya karena ada pemalsuan surat. Ini sebagaimana diatur di dalam pasal 263 ayat (1). Pada awalnya, agen pemasar tersebut di tahun 2017 menawarkan salah satu produk yaitu Prulink Assurance Account (PPA).

Akan tetapi setelah beberapa tahun, oknum agen tersebut menawarkan nasabah untuk mengupgrade asuransi tapi harus membuka polis baru. Tujuannya, agar sang agen memperoleh komisi 30% dari premi setiap bulan yang dibayar dalam jangka waktu 2 tahun.

Kemudian, agen tersebut memalsukan tanda tangan nasabah dan mengisi formulir tanpa izin surat pengajuan asuransi jiwa (SPAJ) serta surat formulir untuk mengajukan manfaat asuransi tambahan.

Hal ini diketahui pada tahun 2019, di mana nasabah tiba-tiba harus membayarkan dua jenis polis berbeda padahal dia tidak pernah mengajukannya. Setelah itu, kasus ini dibawa ke meja hukum dan sang agen harus dipidana satu tahun kurungan penjara.

Dari kasus di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa untuk memilih agen asuransi harus yang terpercaya. Ia harus mampu memberikan informasi yang lengkap jujur, serta tidak memberikan penawaran polis baru kalau memang pihak nasabah tidak ingin melakukan upgrade.

Gagal Bayar Asuransi Bakrie Life

Di tahun 2008, asuransi milik Grup Bakrie tercatat mengalami kegagalan pembayaran salah satu produknya yaitu Diamond Investa Bakrie Life. Kasus tersebut terjadi tahun 2010. Kegagalan pembayaran tersebut terjadi akibat krisis ekonomi 2008.

Di tahun 2013, terdapat kurang lebih 200 nasabah yang ketika itu menunggu pembayaran klaim dari Bakrie Life. Nilai tunggakan di tahun tersebut tercatat Rp270 miliar. Akan tetapi, karena sulit memperoleh pendanaan, BRI Life menyelesaikan kewajiban pembayaran klaim secara bertahap.

Patut diketahui bahwa pembayaran polis asuransi tersebut juga memperoleh keringanan dari para pemegang yaitu diskon 70%. Secara total, utang dari Bakrie Life kepada semua nasabah jenis produk Investa Diamond, mencapai Rp360 miliar.

Beberapa contoh kasus asuransi jiwa dan analisanya yang telah disebutkan tentunya semakin meningkatkan wawasan agar lebih bijak dan selektif memilih perusahaan asuransi. Jangan sampai, premi yang Anda setorkan sia-sia karena kurangnya profesionalitas dalam mengelola dana nasabah.