Daftar 10 Mata Uang Terendah Terbaru Saat ini

Mata Uang Terendah – Dalam tahun ini, beberapa mata uang mengalami penurunan lebih dari 40% akibat inflasi tinggi, krisis politik, dan beban utang yang membengkak. Data dari Refinitiv menunjukkan setidaknya enam mata uang mengalami pelemahan terhadap dolar AS, di mana pound Lebanon mengalami penurunan terdalam dengan angka 89,96%. Runtuhnya mata uang Lebanon adalah hasil dari konflik politik dan sosial yang berkepanjangan. Sementara itu, dolar Zimbabwe juga merosot sebanyak 84,65%, akibat krisis yang berlarut-larut setelah pemakzulan Presiden Robert Mugabe pada tahun 2017, yang ditambah dengan pandemi Covid-19, inflasi yang melonjak, serta kenaikan suku bunga global. Peso Argentina juga turun drastis sebanyak 49,49%, disebabkan oleh default pada tahun 2020 dan inflasi yang sangat tinggi, yang melampaui 100% pada bulan April 2023.

10 Mata Uang Terendah Saat ini 2023

Berikut adalah daftar 10 mata uang terendah saat ini:

1. Pound Lebanon (LBP)

Pound Lebanon mengalami pelemahan yang signifikan akibat konflik politik dan sosial yang berkepanjangan. Nilai mata uang ini telah mengalami penurunan tajam, mencapai angka 89.96% terhadap Dolar Amerika Serikat.

2. Dolar Zimbabwe (ZWL)

Dolar Zimbabwe merosot tajam karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, dipicu oleh peristiwa pemakzulan Presiden Robert Mugabe pada tahun 2017, serta dampak pandemi Covid-19. Inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga global juga berkontribusi pada pelemahan mata uang ini, dengan penurunan sebesar 84.65%.

3. Peso Argentina (ARS)

Mata uang terendah Peso Argentina mengalami penurunan sebesar 49.49%, dipicu oleh default pada tahun 2020 dan inflasi yang sangat tinggi, yang bahkan melampaui 100% pada April 2023. Bank sentral Argentina telah mengambil tindakan tegas dengan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.

4. Shilling Kenya (KES)

Mata uang terendah Shilling Kenya melemah signifikan setelah pemerintah negara ini terjebak dalam utang yang melebihi batas yang aman. Jumlah utang yang mencapai 1.56 triliun shilling atau sekitar $10.8 miliar pada Juni 2023 telah memberikan tekanan besar pada nilai mata uang ini.

5. Yen Jepang (JPY)

Mata uang terendah Yen Jepang mengalami koreksi sebesar 9.69%, terpengaruh oleh faktor global seperti kenaikan suku bunga dan ketidakpastian ekonomi global.

6. Dolar Selandia Baru (NZD)

Mata uang terendah Dolar Selandia Baru turun 8.5% akibat dari dampak global seperti penyesuaian suku bunga dan ketidakpastian ekonomi.

7. Krone Norwegia (NOK)

Mata uang terendah Krone Norwegia melemah sebesar 8% terkait dengan dinamika global termasuk koreksi suku bunga dan ketidakpastian ekonomi.

8. Dinar Serbia (RSD)

Mata uang terendah Dinar Serbia telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, dipicu oleh sejumlah faktor ekonomi dan geopolitik.

9. Lari Georgia (GEL)

Mata uang terendah Lari Georgia juga tergolong dalam daftar mata uang yang mengalami pelemahan, seiring dengan dinamika ekonomi dan politik di negara tersebut.

10. Pound Sudan (SDG)

Mata uang terendah Pound Sudan mengalami penurunan tajam akibat dari berbagai faktor ekonomi dan politik yang melanda negara ini. Perlu diingat bahwa daftar ini dapat berubah seiring waktu dan berbagai faktor yang mempengaruhi nilai mata uang.

Tabel Persentase Pelemahan Mata Uang

Tabel di bawah ini menunjukkan persentase pelemahan mata uang dari berbagai negara di dunia. Pelemahan mata uang ini dihitung berdasarkan perubahan nilai tukar mata uang terhadap mata uang utama dalam periode waktu tertentu. Data ini mencakup beberapa mata uang yang mengalami penurunan signifikan dalam nilai mereka.

Mata Uang Persentase Pelemahan (%)
Pound Libanon -89.96%
Dolar Zimbabwe -84.65%
Pound Syria -80.68%
Peso Argentina -49.49%
Bolivar Venezuela -45.65%
Naira Nigeria -42.09%
Kwanza Angola -39.35%
Lira Turki -31.34%
Rubel Rusia -23.04%
Pound Mesir -19.81%
Shiling Kenya -14.82%
Yen Jepang -9.69%
Dolar Selandia Baru -8.50%
Krona Norwegia -8.00%
Rupiah 2.14%

Selama tahun ini, mata uang Rupiah menunjukkan ketahanan yang relatif baik. Mata uang Garuda berhasil menguat sebesar 2,14% sepanjang tahun ini, meskipun mengalami pelemahan yang signifikan dalam pekan terakhir.

Penyebab Penurunan Nilai Mata Uang

Berikut adalah penyebab utama penurunan nilai beberapa mata uang yang telah disebutkan sebelumnya:

  • Pound Lebanon (LBP): Penurunan nilai pound Lebanon terutama disebabkan oleh konflik politik dan sosial yang berkepanjangan di negara tersebut. Tidak adanya stabilitas politik telah merongrong kepercayaan terhadap mata uang, mengakibatkan nilai pound Lebanon merosot secara dramatis.
  • Dolar Zimbabwe (ZWL): Dolar Zimbabwe mengalami pelemahan karena krisis ekonomi yang panjang, yang dimulai setelah pemakzulan Presiden Robert Mugabe pada tahun 2017. Dampak pandemi Covid-19 memperparah kondisi ekonomi, sementara inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga global juga berkontribusi pada pelemahan mata uang ini.
  • Peso Argentina (ARS): Penurunan peso Argentina disebabkan oleh default pada tahun 2020 dan inflasi yang sangat tinggi. Kombinasi dari faktor-faktor ini telah memberikan tekanan besar pada mata uang, dengan tingkat inflasi yang bahkan mencapai angka 100% pada April 2023.
  • Shilling Kenya (KES): Pelemahan shilling Kenya terjadi karena pemerintah negara ini telah terjebak dalam utang yang melebihi batas yang aman. Jumlah utang yang mencapai angka yang mengkhawatirkan telah memberikan tekanan signifikan pada nilai mata uang.
  • Yen Jepang (JPY): Koreksi yen Jepang terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor global seperti penyesuaian suku bunga dan ketidakpastian ekonomi global. Faktor-faktor ini telah berdampak pada nilai mata uang negara ini.
  • Dolar Selandia Baru (NZD): Pelemahan dolar Selandia Baru disebabkan oleh faktor-faktor global seperti penyesuaian suku bunga dan ketidakpastian ekonomi. Dolar ini terpengaruh oleh kondisi ekonomi global yang berubah.
  • Krone Norwegia (NOK): Penurunan krone Norwegia terkait dengan dinamika global seperti koreksi suku bunga dan ketidakpastian ekonomi. Mata uang ini terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi global yang berdampak pada nilai mata uang.
  • Dinar Serbia (RSD): Penurunan dinar Serbia dipicu oleh sejumlah faktor ekonomi dan geopolitik, yang dapat mencakup perubahan dalam kebijakan ekonomi dan situasi geopolitik regional.
  • Lari Georgia (GEL): Pelemahan lari Georgia juga terkait dengan dinamika ekonomi dan politik di negara tersebut. Faktor-faktor ini telah berkontribusi pada penurunan nilai mata uang.
  • Pound Sudan (SDG): Penurunan nilai pound Sudan disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi dan politik yang melanda negara ini, termasuk perubahan dalam kondisi ekonomi dan ketidakpastian politik.

Penurunan nilai mata uang umumnya dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, termasuk kondisi ekonomi, politik, stabilitas sosial, dan dinamika pasar global.
Stabilitas Rupiah Indonesia

Di tengah pergerakan global yang bergejolak, rupiah Indonesia (IDR) berhasil mempertahankan stabilitasnya. Bahkan, mata uang ini menguat sebesar 2,14% dalam tahun ini meskipun menghadapi volatilitas baru-baru ini. Keberhasilan ini dapat diatribusikan pada kebijakan ekonomi yang hati-hati dan langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral Indonesia untuk menjaga keseimbangan mata uang.

Penurunan Mata uang terendah di berbagai negara ini mencerminkan tantangan ekonomi dan politik yang dihadapi oleh masing-masing negara. Faktor-faktor seperti konflik politik, krisis berlarut-larut, pandemi global, dan inflasi tinggi memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas mata uang. Di sisi lain, mata uang Indonesia tetap relatif stabil berkat langkah-langkah bijak yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mata uang. Namun, perlu diingat bahwa kondisi ekonomi dan politik selalu berubah, dan stabilitas mata uang juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di masa depan.